Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (Cikasda) Sulteng turut menekan angka kemiskinan ekstrem di lingkup kerjanya melalui program Padungku.
Padungku merupakan singkatan dari Padat Karya untuk Angka Kemiskinan Ekstrem Turun.
Kepala Dinas Cikasda Sulteng Andi Ruly Djanggola menjelaskan, programnya itu menyasar Kemiskinan Ekstrem di daerah Irigasi Sulteng.
Padungku diterapkan pada daerah irigasi kewenangan Sulteng yang tersebar di sembilan kabupaten.
Warga yang terlibat dalam program itu adalah masyarakat dari Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) dan masyarakat miskin ekstrem yang terdata di desa layanan irigasi.
“Program ini sesuai visi gubernur ‘Gerak Cepat Menuju Sulawesi Tengah Lebih Sejahtera dan Maju’. Jadi warga yang tergabung dalam program ini kami libatkan dalam pemeliharaan jaringan irigasi dengan program swakelola padat karya,” kata Andi Ruly Djanggola melalui rilis tertulisnya kepada TribunPalu.com, Selasa (20/6/2023).
Adapun sembilan daerah irigasi lingkup kerja Dinas Cikasda Sulteng antara lain, Irigasi Ungkaya dan Daerah Irigasi Karaopa di Kabupaten Morowali; Irigasi Malonas di Kabupaten Donggala; Irigasi Kolondom, Daerah Irigasi Tendelalos, Daerah Irigasi Malomba di Kabupaten Tolitoli; Irigasi Air Terang di Kabupaten Buol; Irigasi Tambayoli di Kabupaten Morowali Utara; Irigasi Dolago, Maoti, Torue, Mepanga, Ongka, dan Malino di Kabupaten Parigi Moutong.
Jebolan SMAN 2 Palu itu memaparkan, implementasi Padungku diawali pembentukan tim internal Dinas Cikasda Sulteng.
Tim internal mempersiapkan data masyarakat miskin ekstrem, identifikasi pekerjaan, penyusunan rencana kegiatan, perhitungan komponen tenaga kerja dan target penyerapan tenaga kerja.
Data masyarakat miskin ekstrem diperoleh dari koordinasi ekstrenal bersama Bappeda, Dinas Sosial, Badan Pusat Statistik (BPS).
“Koordinasi ekstrenal bertujuan memperoleh ketepatan data kemiskinan untuk menentukan intervensi yang tepat. Data hasil koordinasi ekstrenal itu kemudian melalui pemutakhiran data lapangan bersama pemerintah desa maupu kelurahan sebagai verifikasi akhir disertai dengan Nomor Induk Kependudukan,” jelas Andi Ruly Djanggola.
Pria kelahiran 6 Desember 1980 itu menambahkan, hasil verifikasi akhir ditindaklanjuti dengan sosialisasi kepada masyarakat miskin ekstrem yang akan menjadi padat karya sekaligus pensortiran calon pekerja padat karya sesuai kriteria jenis pekerjaannya.
Ada kriteria yang harus dipenuhi untuk bergabung menjadi padat karya program Padangku.
Yaitu, terdaftar sebagai masyarakat miskin ekstrem dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP), usia produktif (20-60 tahun), dan memiliki keterampilan sesuai jenis pekerjaan pemeliharaan irigasi.
Andi Ruly Djanggola menyebutkan, kegiatan Padangku nantinya akan menggandeng Universitas Tadulako dalam beberapa kegiatan.
Baik dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik, maupun program pengabdian masyarakat melalui penelitian dosen terhadap dampak pelaksanaan Padangku kepada masyarakat penerima manfaat.
Selain Universitas Tadulako, Dinas Cikasda Sulteng juga akan menggandeng STMIK Adhi Guna yang berkosentrasi pada Teknik Informatika.
“Bahkan kami juga berencana membuat aplikasi dalam mendukung inovasi Padangku, untuk memverifikasi masyarakat miskin ekstrem, menggunakan KTP pada saat pelaksanaan pekerjaan,” ucap alumni Universitas Tadulako tersebut.
Diketahui, warga miskin di Sulteng berdasarkan data BPS tahun 2022, mencapai 389.710 jiwa atau sekitar 12,71 persen. Dari jumlah tersebut terdapat masyarakat miskin ekstrem sebanyak 95.020 jiwa atau 3,02 persen. Angka tersebut masih berada di atas rata-rata nasional yaitu 2,04 persen. (*)
Sumber: https://palu.tribunnews.com/2023/06/20/tekan-angka-kemiskinan-ekstrem-dinas-cikasda-sulteng-galakkan-inovasi-padungku-di-9-kabupaten