Siapakah yang bakal menjadi Presiden ke-8 Republik Indonesia yang akan menggantikan Joko Widodo di tahun depan? Pertanyaan yang saat ini menjadi episentrum kekuatan politik terkini. Secara realitas politik, saat ini minimal sudah ada tiga bakal calon presiden yang sudah dideklarasikan oleh partai politik dan didukung sejumlah partai politik. Mereka adalah: Ganjar Pranowo (dengan poros PDI Perjuangan), Prabowo Subianto (dengan sentral Partai Gerindra), dan Anies Baswedan (dengan as dari Partai Nasdem). Tiga poros kekuatan politik tersebut, sebagaimana kita ketahui sudah berkoalisi dengan sejumlah partai politik, baik yang memiliki kursi di parlemen, maupun partai politik yang nol kursi di parlemen.
Sampai detik ini, hanya Partai Golkar dan PAN saja yang belum menentukan sikap; apakah akan “merdeka” sendiri mendeklarasikan bakal calon presidennya, ataukah akan merapat ke salah satu poros yang sudah terbentuk. Jika dua partai politik kelas menengah di atas membuat skoci sendiri; misalnya dengan menjadikan Airlangga sebagai bakal Calon Presiden ke-4, tentu kontestasi Pemilu 2024 semakin hot untuk disimak. Prinsipnya, semakin banyak Calon Presiden yang maju dalam Pemilu, semakin bagus untuk kualitas demokrasi. Sebab, masyarakat disodori semakin banyak pilihan.
Kalaupun ternyata Partai Golkar dan PAN, lebih memilih untuk mendukung salah satu bakal calon yang sudah ada; tentu saja pertandingan Pemilu 2024, juga tidak kalah asyik untuk disimak dan diikuti. Mengapa demikian?
Sebab, semua orang memiliki kepentingan masing-masing. Semua partai politik juga memiliki kepentingannya sendiri. Kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda itu harus bisa disatukan dalam kongsi, yang mana menjadi pilihan terbaik bagi bangsa.
Berdasarkan analisis dari redaksi HOKI Timur, melihat tren yang ada saat ini; dan adanya kecenderungan politik yang terjadi saat ini; ada potensi besar bahwa Partai Golkar dan PAN akan menjalankan “standar ganda”. Setidaknya sampai detik-detik ketika sudah benar-benar terbentuk koalisi tunggal antara partai politik dan atau gabungan partai politik clear mendaftarkan pasangan Capres-Cawapres di KPU RI. Partai Golkar tidak akan bisa bermain tunggal, karena tergantung pada pergerakan PAN. Sebaliknya pun demikian, PAN lebih tersandera karena tergantung keputusan final dari Partai Golkar, mengingat nominal suara yang jauh lebih besar baik perolehan suara maupun modal kursi di parlemen.
Jika PAN tetap bersikukuh sehidup-semati dengan Partai Golkar dalam Pemilu 2024, begitupun sebaliknya; sudah dapat dipastikan ada bakal calon presiden ke-4 yang akan dideklarasikan pada injure time, prediksinya pada pertengahan Oktober sampai akhir November 2023 mendatang. Namun jika di antara kader atau duta kongsi Partai Golkar dan PAN dapat terakomodasi menjadi salah satu calon wakil presiden pada tiga calon presiden yang sudah ada, dan secara kalkulasi politik mereka bisa yakin mampu memenangkan Pemilu 2024; dapat dipastikan; PAN dan Partai Golkar akan merapat ke salah satu koalisi yang sudah ada tersebut. Tinggal kita amati, bagaimana daya tawar kader atau politisian yang ditawarkan menjadi Calon Wakil Presiden tersebut? Kita tunggu saja…politik itu dinamis, dan serba mungkin. Bisa saja, tiba-tiba besok siang, Partai Golkar dan PAN langsung mendeklarasikan diri mengusung sendiri Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden sekaligus!