Politik dalam negara demokrasi tidak selamanya baik karena keputusan untuk apa saja ditentukan oleh suara terbanyak. Pimpinan dalam sebuah komunitas bisa saja orang terbaik kalau masyarakatnya terdiri dari orang-orang baik, tetapi kalau masyarakatnya lebih banyak orang yang kurang baik, maka pasti pimpinannya orang jahat. Bahkan sekalipun masyarakatnya sebagian besar orang baik, dan orang kurang baik hanya sedikit, tiba-tiba pimpinan yang terpilih orang jahat. Karena orang baik di komunitas itu cuek atau tidak berpartisipasi dalam ‘pemilihan’ pimpinan, sementara di lain pihak orang-orang kurang baik meskipun jumlahnya sedikit tapi mereka solid.
Makanya di negara-negara tertentu seperti lnggris, Jepang, Thailand, Malaysia, pimpinan yang dipilih dalam demokrasi hanyalah kepala pemerintan, bukan kepala negara. Kepala negara tetap dipegang oleh seorang raja. Rahasia politiknya adalah apabila kepala pemerintahan yang terpilih ‘rusak’ atau jahat, maka sang raja masih bisa memiliki hak veto untuk mengambil alih kekuasaan tertinggi negara.
*) Drs. Sujaun, mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Donggala