Jakarta – Serah terima jabatan antara Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) yang baru dilantik, Sudaryono, dengan pendahulunya, Harvick, telah dilakukan pada Jumat (19/7/2024) di kantor Kementerian Pertanian (Kementan). Acara tersebut disaksikan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman.
Dalam pidatonya, Sudaryono mengkritik penyaluran pupuk dan bibit yang telat, bahkan kadang sampai seminggu. Padahal, ujarnya, bibit dan pupuk adalah hidup dan mati bagi petani.
Karena itu, Sudaryono menegaskan, ketepatan dan kedisiplinan terukur adalah hal yang penting. Dia pun meminta agar jajaran pejabat dan pegawai Kementan memaklumi jika dalam bertugas sebagai Wamentan, dirinya akan menerapkan disiplin ketat ala militer.
“Karena ini menyangkut hidup jutaan orang, jutaan rakyat kita. Jadi kita ini mengabdi menjadi pegawai misalnya di Kementerian, hari-hari kita menjalankan tugas kita. Tapi ingat bahwa kita adalah spesial, istimewa. Karena langkah kita datang kantor telat lima menit bisa jadi menimbulkan telat pupuk satu minggu, dua minggu bagi petani kita di lapangan,” kata Sudaryono.
Foto: Wakil Menteri Pertanian RI Sudaryono (kiri) saat serah terima jabatan di Gedung A Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (19/7/2024).
Wakil Menteri Pertanian RI Sudaryono saat serah terima jabatan di Gedung A Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (19/7/2024). |
“Saya merasakan sekali bibit tidak ada, pupuk tidak cukup, pupuk datang tidak tepat waktu, itu bedanya seperti langit dan bumi. Seperti hidup dan mati. Maksud saya adalah mari kita sama-sama. Saya yakin Pak Menteri, kemarin sudah sempat ikut rapim ya, bagaimana kerasnya Pak Menteri dalam hal bahwa pangan, kedaulatan pangan, dan kesejahteraan petani ini penting,” tambah Sudaryono.
Dia mengaku, dalam menjalankan tugasnya, masih akan belajar banyak terkait birokrasi, struktur organisasi, manajemen di Kementan.
“Kalau urusan jadi anak petani, Pak Menteri, saya, sudah hafal karena saya dari kecil, saya lahir, saya tumbuh, saya besar, saya sekolah, dibiayai oleh orang tua yang memang berprofesi sebagai seorang petani,” katanya.
“Keberhasilan saya adalah keberhasilan membantu mensukseskan apapun diperintah oleh Pak Menteri kepada saya. Saya laksanakan dengan sebaik-baiknya, dan memberikan laporan, memberikan arahan, mohon maaf, memberikan laporan, memberikan masukan, barangkali usulan dari bawah kepada Pak Menteri. Sebagai bagian saya adalah anggota anak buah Bapak Menteri Pertanian yang setia dan loyal,” ucapnya.
Karena itu, lanjutnya, dalam mengemban tugasnya, Sudaryono mengibaratkan berada dalam hirarki militer. Hal itu, ujarnya, juga tak lepas dari pengaruh latar belakang pendidikannya di National Defense Academy of Japan.
“Nanti barangkali kalau ada berhubungan kita di kemudian hari, “Kok rasanya Pak Dar ini kok strict banget ya”…,mohon untuk dimaklumi. Tapi saya meyakini bahwa salah satu cara manajemen yang efektif itu adalah manajemen tentara. Bahkan partai politik, organisasi, perusahaan, dan seterusnya menggunakan manajemen-manajemen ketentaraan. Walaupun tidak, bukan berarti terus militeristik, bukan, ini masalah disiplin, tepat waktu, dan seterusnya,” tegas pria akrab disapa Mas Dar itu.
“Karena apa? Sekali lagi, abai kita dalam satu hal kecil di sini sangat berpengaruh terhadap nasib hidup jutaan orang. Baik jutaan orang petani maupun jutaan orang yang memang bergantung hidupnya dari pangan,” cetusnya.
Dia pun berjanji siap bekerja tak hanya 24 jam seperti Mentan Amran, tapi akan siap 28 jam.
“Kita ini ibarat bandul, ada di ujung, goyang dikit, yang di bawah udah, goyangnya udah besar sekali. Saya kira itu kepada Bapak, Ibu semuanya, saya mohon arahan, bimbingan, Bapak Menteri Pertanian, kami mohon arahan, bimbingan, kami siap bekerja sebaik-baiknya, kami siap bekerja sekeras-kerasnya,” pungkas Sudaryono.
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240719105844-4-556013/demi-nasib-petani-wamentan-sudaryono-bakal-terapkan-sistem-militer